NANOTEKNOLOGI LUAR ANGKASA
Manusia
terus mencoba memecahkan berbagai hal yang tidak diketahui tentang luar
angkasa. Satu upaya yang dilakukan adalah mengamati langit malam dari puncak
gunung memakai teropong. Namun, dengan berkembangnya jaman, teropong bintang
sebagai alat optic untuk meneliti langit pun berukuran membesar. Rasa ingin
tahu tentang ruang angkasa mendorong manusia untuk mengirim benda-benda ke
ruang angkasa itu sendiri. Hal ini diwujudkan dengan roket. Roket adalah alat
yang menggunakan prinsip-prinsip dalam Hukum Newton, terutama Hukum Pergerakan
Newton ke-3. Hukum Pergerakan Newton ke-3 sendiri berbicara tentang aksi dan
reaksi. Teropong bintang seperti yang ada di bumipun diluncurkan dengan roket
ke luar angkasa. Namun manusia tidak puas dengan itu. Akhirnya, kehausan rasa
ingin tahu tentang ruang angkasa mendorong manusia untuk mengirim manusia untuk
mendatangi ruang angkasa itu sendiri.
Mengirim
manusia, belakangan juga dengan binatangnya, ke luar angkasa, jelas memberikan
tantangan baru terhadap rasa keingintahuan. Salah satunya karena manusia beraktivitas
di luar angkasa. Jadi, mengirim manusia ke luar angkasa sama dengan mengirim
lingkungan hidup ke luar angkasa. Hal ini mengakibatkan berat beban yang harus
diantar roket luar angkasa menjadi lebih besar daripada hanya meluncurkan benda
seperti teropong bintang. Namun ini tidak menghalangi manusia untuk memenuhi
rasa ingin tahunya. Roket-roket dibuat sebesar mungkin dan sekuat mungkin. Hal
ini membutuhkan bahan bakar yang banyak pula. Saat pendaratan pertama manusia di
bulan, pada tahun 1969, adalah saat-saat dimana roket serba besar, berat dan
boros bahan bakar mendapatkan kejayaannya.
Kini,
dengan menipisnya cadangan bahan bakar yang tidak terbarukan, rasa
keingintahuan manusia terhadap ruang angkasapun terusik. Hal ini dikarenakan bahan
bakar yang digunakan roket ruang angkasa adalah dalam jumlah besar dan harga
persatuannya lebih mahal dibandingkan bahan bakar lainya. Polusi hasil roket
luar angkasapun terbawa sampai ke luar angkasa. Solusinya ada satu, yaitu,
membuat semua benda yang diantarkan ke luar angakasa menjadi seringan mungkin.
Hal ini dilakukan agar roket membutuhkan bahan bakar lebih sedikit sehingga
berujung pada pengurangan biaya dan polusi udara. Kebutuhan ini menghantarkan
nanoteknologi masuk ke pintu gerbang penjelajahan ruang angkasa.
Nanoteknologi
adalah cabang teknologi yang berhubungan dengan hal-hal yang berukuran sepersemiliar
meter. Hal ini berdekatan dengan materi pembangun terkecil benda-benda yang ada
di dunia ini. Hal ini berhubungan dengan gen dan DNA mahluk hidup. Namun tidak
lupa juga bahwa nanoteknologi digunakan juga dalam teknologi ruang angkasa.
Teknologi ruang angkasa kini, terutama yang berhubungan dengan peluncuran roket
dengan muatan luar angkasa, harus membuat semua benda yang diantarkan roket luar
angakasa menjadi seringan mungkin. Jadi, teknologi ruang angkasa kini tidak lepas
dari nanoteknologi.
Nanoteknologi
sejalan dengan penjelajahan luar angkasa karena nanoteknologi dan penjelajahan
luar angkasa sama-sama berhubungan dalam beberapa hal. Tidak bisa dipungkiri
kalau perkembangan nanoteknologi sedikit banyak juga disebabkan oleh perang
mengecilkan benda yang sudah kecil yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
teknologi. Hal ini ini juga dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di bidang
teknologi ruang angkasa, dimana mereka juga harus mengecilkan barang-barang
yang mereka luncurkan ke luar angkasa. Penggunaan benda-benda yang lebih ringan
menjadi nilai tambah barang yang diproduksi perusahaan yang menggunakan
nanoteknologi. Dalam meluncurkan benda ke luar angkasa, berat benda adalah hal
yang penting. Hal ini dikarenakan beban yang ringan membutuhkan bahan bakar
sedikit untuk meluncur.
Salah
satu hasil nanoteknologi yang diharapkan akan memajukan penjelajahan luar
angkasa adalah graphene. Mendengar kata graphene pasti teringat dengan
graphite, sejenis isotope karbon yang biasa dipakai untuk mata pensil. Namun
yang namanya graphene ini memiliki sifat kuat seperti intan atau baja, tetapi
ringan seperti kapas. Namun, kuat dan ringan belumlah cukup untuk menjadi hal
utama yang diperhitungkan industri teknologi dan penjelajahan luar angkasa.
Sifat tahan panasnya sangat baik. Tetapi di lain sisi, sifat menghantarkan
panas dan listriknya juga sangat baik. Sifat tahan panas danmenghantarkan
listrik yang baik inilah yang menjadikan grapheme dilirk peneliti dan pengusaha
bidang industri.
Sifat
tahan panas dari graphene ini akan membuat wahana luar angkasa dan roket
menjadi lebih mumpuni dalam hal masuk dan keluar orbit planet. Sifat
menghantarkan listrik dengan baik dari graphene ini membuat perangkat
elektronik dan piranti komunikasi dan penginderaan luar angkasa lebih ringan. Lebih
ringan karena rangkaian yang dibuthkan menjadi lebih singkat dan lebih kecil,
dan semakin ringan. Konon, dari graphene inilah, manusia sudah mendesain
piranti komunikasi dan penelitian semacam tablet atau telepon astronot menjadi
serba lentur dan bisa dilipat-lipat. Denga desain sangat tipis, graphene yang
kuatpun menjadi lentur dan bisa dilipat di luar angkasa.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home