Sunday, July 19, 2015

Reklamasi Selat Sunda

Teggelam dan muncul ke permukaan sesuka hatinya. Begitulah kira-kirakata-kata yang cocok untuk menggambarkan tentang berita tentang pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS). Dalam suasana arus mudik, berita tentang JSS pasti muncul dengan sendirinya. Beberapa menganggap ini adalah salah satu hal yang digunakan untuk mengalihkan perhatian publik. Beberapa menganggap bahwa memang JSS berjalan dengan lambat.
JSS sebenarnya, memiliki 'saudara' berupa rencana yang lebih ekstrem. Rencana ini ialah Reklamasi Selat Sunda (RSS). RSS ialah rencana untuk menambah luas permukaan tanah di atas permukaan Selat Sunda. Nantinya, akan terbentuk daratan yang akan digunakan untuk membangun jalan tol atau jalan lintas di atasnya. Apapun itu, jalan tersebut akan membuat jalur atau rute darat baru dari antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
RSS sifatnya lebih kokoh dan tahan gempa. Tidak seperti JSS yang berwujud jembatan, RSS yang berbentuk daratan akan lebih aman dari gempa. RSS juga meminimalkan upaya untuk atau niat bunuh diri seperti lompat dari jembatan. RSS memungkinkan adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung pengemudi dalam berkendara. Misalnya pembangunan pos-pos polisi dan pos istirahat.
Hal yang menjadi kontra bagi RSS tampaknya berasal dari sisi pelayaran atau transportasi laut dengan kapal ferry. Penyebrangan dengan Kapal Ferry akan menerima dampak yang sama, baik dari JSS maupun dari RSS. Biarpun begitu, sepertinya belum ada yang dapat memastikan apakah JSS ataupun RSS akan membuat sepi penyebrangan dengan kapal ferry. Jadi, tidak bisalangsung dicap kalau JSS ataupun RSS akan membuat sepi pelayaran Selat Sunda. Bagaimanapun, penyebrangan dengan kapal ferry memberikan pengemudi waktu istirahat dan menghemat bahan bakar kendaraan yang diangkut.
Dampak sesungguhnya yang paling dikhawatirkan berasal dari bidang perikanan. Nelayan, diperkirakan akan terganggu dengan adanya RSS ini, bahkan sejak proses reklamasinya. Adanya 'palang pembatas' yang membagi dua selat sunda jelas akan menggangu manuver kapal apapun, baik itu kapal nelayan maupun kapal ferry. Bila saja terjadi cuaca buruk di salah satu sisi RSS sehingga kapal harus berlih ke sisi lain demi keselamatan, hal ini akan lebih sulit dilakukan dengan adanya RSS. Sedangkan bila dengan JSS, kapla-kapal dapat dengan mudah bermanuver lewat bagian bawah JSS.
Lantas, bagaimana solusinya ? Pembangunan JSS akan membutuhkan reklamasi tanah. Begitupun RSS akan membutuhkan sejumlah jembatan agar kapal-kapal yang beroperasi di Selat Sunda dapat berlayar dengan leluasa. Hanya saja, bila terlalu banyak reklamasinya, ya itu namanya RSS. Tetapi bila lebih banyak jembatannya, ya itu namanya JSS. Kombinasi antara RSS dan JSS bukannya tidak mungkin untuk dilakukan. Namun sejauh ini, RSS masih tampak lebih ekstrim. Satu hal yang jelas adalah, RSS akan lebih spektakuler daripada JSS karena mewujudkan kembali gambaran dari nenek moyang kita tentang selat sunda sebelum Gunung Krakatau meledak.

1 Comments:

At September 13, 2018 at 7:36 PM , Blogger Unknown said...

Lebih baik RSS daripada JSS .
Karena biaya lebih murah dan waktu lebih cepat .

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home