Saturday, July 11, 2015

Bangsa Indonesia Harus Menguasai Tanah Dan Air Indonesia

 Kali ini, saya ingin menghubungkan tentang Kardashev Scale, sebuah skala untuk mengukur peradaban, dan juga upaya Indonesia setelah mencapai kemerdekaannya. Saya tidak ingin menyangkutpautkan dengan emosi apapun. Terserah bila pembaca ingin menganggap kalau 'tanah dan air' yang saya maksud itu adalah misalnya tambang di Papua maupun pengeboran minyak lepas pantai. Tetapi, yang saya maksud adalah benar-benar tanah dan airnya, tanpa kiasan.
Negara Denmark telah menghasilkan listrik lebih banyak dari yang dibutuhkan. Akan tetapi, yang menarik adalah, tenaga listrik yang mereka gunakan sudah sebagian besar berasal dari sumber energi terbaharukan. Hal ini cukup mencengangkan. Negara Denmark, sama seperti negara-negara Skandinavia lainnya, telah dianggap unggul dalam bidang TIK( ICT). Ditambah lagi dengan digabungkannya ha tersebut dengan energi yang berlimpah dan sistem yang cerdas, maka Indonesia perlu untuk mengaplikasikan hal ini. Di Denmark, setiap musim menghasilkan dampak yang berbeda-beda terhadap tinggi rendahnya penghasilan energi dari satu sumber energi terbarukan. Karenanya, Denmark memakai berbagai jenis sumber energi terbarukan. Denmark pada hal ini, bisa dijadikan cermin bagi Indonesia. Tetapi, tentunya dengan skala yang berbeda.
Tanah atau bumi Indonesia, berada di jalur pegunungan. Hal ini mengakibatkan banyaknya sumber panas bumi yang dapat dijadikan sumber tenaga listrik. Sejauh ini, Indonesia telah banyak mengupayakan untuk memanfaatkan energi ini. Namun, bukannya tidak mungkin, perkembangan teknologi dalam bidang ini kedepannya akan membuat energi yang bisa diambil yang dihasilkan oleh sumber panas bumi akan semakin besar. Dalam hal ini Indonesia perlu selalu peka dan terbarukan dalam penggunaan teknologi.
Lebih jauh lagi, sesuai judul yang saya pakai, Indonesia harus menguasai. Boleh saja bila teknologi yang dipakai sekarang adalah buatan RRT atau negara asing lainnya. Karena, di samping biaya yang relatif lebih murah, kita tidak perlu terlalu disulitkan untuk mengembangkan alat-alatnya. Namun, Indonesia jangan berlarut sampai di sini saja. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, pasti ada teknologi terbaru atau temuan terbaru yang ditemukan nantinya. Pada saat itu, sudah harus Indonesia sendirilah yang melakukan pembaharuan tersebut.
 Indonesia, dalam visinya menjadi poros maritim dunia, harus juga melihat potensi yang berasal dari lautan di Indonesia. Indonesia tidak boleh hanya melihat dirinya sebagai negara maritim hanya dari sisi transportasi dan sumber pangan. Masih ada dunia pariwisata yang bisa dikembangkan dan digalakkan kalau mau. Pembangunan proyek rekayasa di lautan yang bertujuan untuk mendongkrak industri pariwisata juga dapat dilakukan. Terlebih lagi, dalam pemanfaatan energi offshore atau lepas pantai. Di lautan, hampir tidak ada hambatan untuk angin bergerak. Karenanya, pembangunan ladang turbin angin lepas pantai pantas untuk dilakukan di Indonesia. Indonesia memiliki garis pantai yang panjang. Sebagian besar, masih berada sangat jauh dari kedalaman laut 50 meter. Hal ini menghadirkan lahan lepas pantai yang sangat luas untuk dijadikan ladang turbin angin lepas pantai. Panjang garis pantai ini tidak boleh disia-siakan. Indonesia harus menguasainya dan menggunakannya untuk kesejahteraan rakyat.
Investasi yang dibutuhkan untuk ladang turbin ini pastinya besar. Namun, dampaknya adalah bersifat jangka panjang. Belum lagi, akan lebih mahal bila kita melihat kondisi Indonesia yang rawan gempa. Tiang-tiang pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai ini harus sama kokohnya dengan fondasi platform pengeboran minyak lepas pantai yang harus tahan badai dan juga gempa laut. Artinya, sebagai alternatif, ladang angin ini dapat dibangun di kawasan dengan potensi gempa yang minim.
Bila melirik ke arah pembangunan London Array, maka bila Indonesia ingin menghadirkan semacam London Array di lepas pantai Pulau Kalimantan, misalnya, Indonesia butuh dana sekitar 40 triliun rupiah. Perkiraan ini lebih cenderung kurang dari angka tersebut dari pada melebihi angka tersebut.
Itu tadi kalau kita berbicara tentang potensi di atas permukaan lautan, Untuk Indonesia yang negara kepulauan, dan memiliki lautan luas inipun, tenaga ombak dan tenaga bawah air juga harus dikembangkan oleh Indonesia. Menggaet asing juga bukan hal haram. Baik menggunakan teknologi mereka maupun investasi mereka, dapat dilakukan. Tetapi, sekali lagi, jangan berlarut. Teknologi di kedua bidang ini memang belum sepeuhnya diterapkan di seluruh dunia. Namun karena itulah, Indonesia seharusnya tertantang untuk menjadi yang pertama untuk menguasainya.
Kembali lagi seperti yang saya sampaikan di awal, menurut Skala Kardashev, di bumi, peradaban Tipe-1 adalah dimana seluruh potensi yang ada di planet bumi, sudah dimanfaatkan oleh manusia. Dari sisi Indonesia sendiri, hal ini sejalan dengan cita-cita Indonesia. Selanjutnya, setelah kebutuhan Energi di Indonesia, lebih dari 100% telah dipenuhi oleh energi terbarukan, Indonesia akan lebih mudah bergerak maju.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf kalau ada kesalahan kata. Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun dan apapun. Sekian dari saya untuk kali ini, terima kasih.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home